Selasa, 29 November 2011

BORAKS DAN FORMALIN


Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.
Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan, mudah didapat, dan harganya relatif murah dibanding bahan pengawet lain. Selain itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.
Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk,  teksturnya bagus dan renyah. Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin. Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
Efek toksik dari boraks akan terasa apabila dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-ulang. Seperti muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat), nafsu makan menurun, gangguan pencernaan, gangguan SSP bingung dan bodoh, Anemia, rambut rontok dan kanker. Jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan shock dan kematian. Efek akutnya bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala.
Sedangkan Formalin apabila digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.

Untuk menghindari makanan yang mengandung boraks ciri-cirinya adalah sebagai berikut :  
  1. Mie basah yang mengandung boraks teksturnya lebih kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.
  2. Baso yang mengandung boraks teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan. 
  3. Jajanan (seperti lontong) yang mengandung boraks teksturnya sangat kenyal, berasa tajam, seperti sangat gurih, membuat lidah bergetar dan meberikan rasa getir. 
  4. Kerupuk yang mengandung boraks teksturnya lebih  renyah dan bisa menimbulkan rasa getir.
Dengan pemahaman tersebut, sebenarnya terdapat bahan alami yang bisa digunakan untuk menggantikan boraks dan memberikan efek sama (sebagai pengenyal maupun pengawet) namun lebih aman dan tidak menyebabkan efek buruk bagi kesehatan, yaitu dengan cara memanfaatkan air abu. Air abu ini didapatkan dari merang (tangkai bulir padi) atau klaras (daun pisang kering) yang dibakar hingga menjadi abu, kemudian rendam 2-3 hari dengan air bersih. Air hasil rendaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pengenyal maupun pengawet alami. Atau bisa juga dengan cara memanfaatkan air kapur sirih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar